TIMES BANTUL, BANTUL – Menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1446 Hijriah, Pemerintah Kelurahan Gilangharjo, Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta berencana mengemas tradisi nyadran menjadi atraksi budaya yang menarik bagi masyarakat.
Ketua Badan Permusyawaratan Kelurahan (Bamuskal) Gilangharjo, Muhammad Zainul Zain, mengungkapkan bahwa upacara adat ini akan dikembangkan agar semakin menarik dan mampu menjadi agenda budaya tahunan.
"Nyadran itu upacara adat budaya, dan selama dua tahun ini sudah kita jalankan. Tahun depan akan kita kemas lebih menarik agar bisa menjadi agenda atraksi budaya," ujar Zainul di Bantul, Senin (24/2/2025).
Jika sebelumnya nyadran hanya diisi dengan doa bagi para leluhur dan pembagian berkatan, ke depan akan ditambah dengan kirab ingkung dari rumah kepala dusun menuju makam.
"Sehingga tidak sekadar duduk berdoa, tapi ada kirab ingkung yang bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk hadir dan menyaksikan," tambahnya.
Tradisi ini juga semakin berkembang dengan meningkatnya partisipasi warga. Tahun ini, terkumpul 17 ingkung hasil swadaya masyarakat, yang kemudian dinikmati bersama-sama. Tahun depan, jumlah ingkung yang dikirab ditargetkan mencapai 40.
Zainul berharap kegiatan ini dapat mendapat dukungan dari Dana Keistimewaan (Danais) DIY sebagai bagian dari pengembangan budaya di Desa Gilangharjo.
"Kita sudah siapkan rencana dan anggaran dalam RAB desa. Swadaya masyarakat tetap ada, tapi dengan dukungan Danais, beban masyarakat bisa lebih ringan," ungkapnya.
Sementara itu, Dukuh Jodog, Bayu Yunarko, menambahkan bahwa tradisi nyadran di wilayahnya selalu dilaksanakan seminggu sebelum Ramadhan, untuk memudahkan warga yang merantau agar bisa pulang dan berpartisipasi.
"Setiap tahun, antusiasme masyarakat terus meningkat. Terbukti dari bertambahnya jumlah ingkung yang disumbangkan warga. Jika tahun lalu hanya ada 10, tahun ini meningkat menjadi 17," katanya.
Dengan inovasi ini, tradisi nyadran di Gilangharjo diharapkan tidak hanya menjadi tradisi rutin, tetapi juga berkembang sebagai atraksi budaya yang dapat menarik perhatian lebih banyak orang, sekaligus memperkuat identitas budaya masyarakat setempat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sambut Ramadan 1446 Hijriah, Warga Gilangharjo Gelar Tradisi Nyadran
Pewarta | : Edy Setyawan |
Editor | : Deasy Mayasari |