https://bantul.times.co.id/
Berita

Menyibak Arti Tradisi Lampion dalam Perayaan Waisak 2025 di Candi Borobudur

Kamis, 15 Mei 2025 - 06:41
Menyibak Arti Tradisi Lampion dalam Perayaan Waisak 2025 di Candi Borobudur Prosesi pelepasan lampion dalam puncak perayaan Waisak 2025. (FOTO: Hermanto/ TIMES Indonesia)

TIMES BANTUL, MAGELANG – Umat Buddha telah usai merayakan Waisak 2569 BE/2025 di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Selain ritual keagamaan yang khidmat, pelepasan ribuan lampion menjadi salah satu momen paling ikonik dalam perayaan ini.

Bukan hanya menarik perhatian umat Buddha,  namun  wisatawan dari berbagai penjuru dunia terlihat hadir dalam acara tersebut.

Lampion dalam Waisak bukan sekadar simbol keindahan, tetapi memiliki makna spiritual yang mendalam.

Ribuan-lampion-terbang.jpgRibuan lampion terbang di atas Candi Borobudur (FOTO: Hermanto/ TIMES Indonesia)

Melansir beberapa sumber, prosesi menerbangkan lampion tersebut berasal dari konsep cahaya kebijaksanaan, yaitu sebuah ajaran Buddha yang melambangkan pencerahan batin dan pembebasan dari penderitaan.

Sejak zaman dahulu, umat Buddha menggunakan cahaya sebagai simbol perjalanan spiritual menuju kebijaksanaan, sebagaimana yang dialami oleh Siddhartha Gautama saat mencapai nirwana.

Asal Usul Tradisi Lampion dalam Waisak

Tradisi pelepasan lampion telah lama menjadi bagian dari budaya Buddha Mahayana, khususnya di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.

Ribuan-lampion-terbang-v2.jpg

Di beberapa negara seperti Tiongkok, Thailand, dan Myanmar, pelepasan lampion dilakukan dalam berbagai perayaan Buddhis sebagai simbol doa dan harapan. 

Dalam ajaran Buddha, cahaya mempunyai arti yang sangat dalam, yaitu sebagai penunjuk jalan menuju kebenaran dan kebijaksanaan.

Konsep inilah yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pelita dan lampion, yang kerap digunakan pada upacara keagamaan.

Pelepasan lampion pada malam Waisak mengambarkan perjalanan menuju pencerahan, saat manusia melepaskan beban duniawi dan menujukan dirinya kepada kebijaksanaan sejati. 

Rangkaian Perayaan Waisak di Candi Borobudur

Perayaan Waisak 2025 di Candi Borobudur diawali dengan prosesi kirab suci, di mana umat Buddha berjalan mulai dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, sembari membawa Api Dharma dari Mrapen dan Air Berkah dari Umbul Jumprit.

Prosesi ini melambangkan perjalanan menuju kesucian dan kebijaksanaan. 

Puncak perayaan berlangsung pada 12 Mei 2025, dengan meditasi bersama dan ritual Pradaksina, yaitu mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan terhadap Buddha, Dharma, dan Sangha.

Setelah sesi meditasi selesai, umat Buddha mulai melakukan pelepasan lampion, yang menjadi simbol pencerahan dan kebebasan dari penderitaan duniawi.

Sekitar 2.569 lampion diterbangkan ke langit, mencerminkan harapan baru bagi dunia yang lebih damai serta tahun perhitungan Buddhis.

Saat lampion melayang tinggi, umat Buddha memanjatkan doa untuk kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan bagi semua makhluk hidup. 

Makna Spiritual dalam Tradisi Lampion

Pelepasan lampion bukan hanya menjadi  sebuah ritual belak, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang kuat. Cahaya dari lampion melambangkan pencerahan batin, yang menjadi tujuan utama ajaran Buddha.

Seperti lampion yang terbang meninggalkan bumi, manusia diharapkan dapat melepaskan emosi negatif, kemelekatan, dan penderitaan, agar mencapai keadaan batin yang lebih damai. 

Tradisi ini juga merepresentasikan konsep kebersamaan dan kasih sayang, karena umat Buddha yang hadir turut berbagi harapan dan doa untuk dunia.

Pelepasan lampion dalam perayaan Waisak menjadi simbol harmoni universal, mengajak semua manusia untuk hidup dalam kedamaian dan kebijaksanaan. 

Selain menjadi ritual sakral, pelepasan lampion juga menarik ribuan wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan malam Waisak di Candi Borobudur.

Perayaan ini semakin memperkuat posisi Borobudur sebagai destinasi spiritual global, yang tidak hanya menawarkan keindahan sejarah, tetapi juga pengalaman religius yang penuh makna. 

Dengan semakin luasnya partisipasi masyarakat dan wisatawan, perayaan Waisak di Borobudur tidak hanya menjadi ajang ibadah bagi umat Buddha, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya cahaya kebijaksanaan dalam kehidupan, sebagaimana yang telah diajarkan Sang Buddha ribuan tahun lalu.  (*)

Pewarta : Hermanto
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bantul just now

Welcome to TIMES Bantul

TIMES Bantul is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.