TIMES BANTUL, YOGYAKARTA – Kemeriahan akhir pekan di kawasan bersejarah Kotabaru Kota Yogyakarta berubah menjadi ajang penuh makna saat ratusan peserta mengikuti Srawung KobaRun 2025, Minggu (29/6/2025).
Tak sekadar lari santai, kegiatan ini menyatukan masyarakat lintas usia dan iman dalam atmosfer kebersamaan, harmoni, dan cinta tanah air.
Acara yang dibuka oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, ini menjadi simbol penguatan nilai-nilai toleransi antarumat beragama sekaligus promosi potensi wisata kawasan heritage Kotabaru sebagai ruang publik yang inklusif.
“Inilah wajah Jogja yang sesungguhnya, damai, bersatu, dan saling menghargai. Ketika masjid dan gereja berdiri berdampingan, kita belajar bahwa perbedaan bisa menjadi kekuatan,” tutur Hasto saat melepas peserta lari.
Menyusuri Jejak Sejarah dan Rumah Ibadah
Mengambil rute 3 dan 5 kilometer, peserta menyusuri jalan-jalan bersejarah, mulai dari Jalan I Dewa Nyoman Oka, Stadion Kridosono, hingga Museum Sandi.
Yang paling istimewa, rute ini melintasi tiga tempat ibadah. Yakni, Masjid Syuhada, Gereja Santo Antonius Padua, dan Gereja HKBP. Rute ini sebagai simbol kerukunan yang telah mengakar di kawasan Kotabaru.
Ketua panitia, Stevanus Bagas Anggito Suryo, menyebut bahwa event ini lahir dari sinergi tiga komunitas keagamaan di Kotabaru.
“Kami ingin menciptakan ruang interaksi sosial yang sehat dan menyenangkan, tanpa sekat agama atau usia,” ujarnya.
Perayaan Multikultural: Dari Zumba hingga Macapat
Srawung KobaRun bukan sekadar ajang berlari. Setelah mencapai garis finish, peserta disambut berbagai pertunjukan budaya seperti tari tradisional, tembang macapat, serta penampilan spesial dari Nufi Wardhana.
Tak ketinggalan, ada senam Zumba massal dan puluhan tenant UMKM lokal turut meramaikan suasana.
Masyarakat yang hadir bisa menikmati jajanan lokal sambil menyaksikan aksi para pelaku seni. Inilah perpaduan antara olahraga, budaya, dan ekonomi kreatif dalam satu panggung kebersamaan.
Kegiatan ini disambut hangat oleh warga. Salah satu peserta, Mutiara Intan, menyebut pengalaman ini sangat berkesan. “Seru banget! Rutenya melewati banyak bangunan kuno, kita lari tapi juga belajar sejarah dan toleransi. Vibenya Jogja banget, adem,” ujarnya dengan senyum lebar.
Srawung KobaRun 2025 menjadi bukti bahwa kota bersejarah seperti Yogyakarta bisa menjadi ruang hidup bersama yang harmonis. Lebih dari sekadar olahraga, kegiatan ini mengajak masyarakat untuk menyatu dalam keberagaman dan menjadikan perbedaan sebagai energi positif. (*)
Pewarta | : A Riyadi |
Editor | : Ronny Wicaksono |